-->
  • Featured Post

    Sedikit tentang Multiple Intelligence

    Multiple Intelligence merupakan sebuah teori yang digagas oleh Dr. Howard Gardner dan rekan-rekannya di Harvard University. Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang bernilai budaya. Ia mengatakan bahwa psikologi dan pendidik…

    Pendidikan Karakter Islam

     Rasulullah Saw. ;

    Guru Paling Kreatif, Inovatif, & Sukses Mengajar 

        Tidak seperti beberapa waktu yang lalu ketika murid lebih banyak hanya mendengarkan dan cenderung sangat pasif. saat itu guru berdiri menerangkan (membaca dari buku) dan murid hanya mendengarkan, kemudian menyalin tulisan yang ada di buku (totally copied). Namun, sekarang semua sistem pengajaran telah berubah. Murid dirangsang dan difasilitasi untuk mengembangkan semua yang dipelajarinya, apalagi semua fasilitas didukung penuh dengan kemajuan teknologi dan informasi.

        Tidak hanya itu, berbagai metode pengajaran juga banyak ditawarkan. sekarang ini, kita bisa mengenal berbagai istilah pengajaran, seperti CBSA (cara belajar siswa aktif), quantum learning, CTL (contextual Teaching and Learning ), pingu, dan lain sebagainya. Semua bentuk pengajaran tersebut bertujuan umum sama, yaitu membuat murid paham terhadap semua yang diajarkan, bisa mempraktikkan, mengamalkan dan tidak sekedar mengetahui teori belaka. Dalam istilah pesantren, hal ini disebut al ilmu bil 'amal (ilmu dengan amal).

        Hanya saja, sebagian besar metode-metode tersebut diserap dan diadapatasi dari dunia pendidikan barat karena mereka memang lebih maju dalam dunia pendidikan serta beberapa bidang lainnya. Bukanlah suatu kesalahan jika kita belajar dari mereka. Sebab, pengetahuan yang mereka miliki masih termasuk dalam bagian al - hikmah dhallatul mu'min (ilmu pengetahuan orang mu'min yang hilang).

        Sebuah kata bijak mengatakan, "khudzil hikmata min ayyi wi'a in kharajat, (ambillah kebijakan, ambillah ilmu, dan pengetahuan dari mana saja sumbernya, meskipun dari negara Barat sekalipun )"

        Namun kita juga harus ingat bahwa sebagai seorang muslim yang baik, kita tetap harus bangga dengan  "produk" sendiri. Sebab, sejak 1.400 tahun lalu, Rasulullah Saw. telah mengembangkan dan menawarkan metode pengajaran yang memiliki karakter tersendiri. Dan, jika kita mau meneliti, mempelajari, dan menengok jauh ke belakang, berbagai metode yang dikembangkan oleh barat dalam dunia pendidikan mereka ( yang kemudian kita pelajari), ternyata mengambil dan mengadopsi metode pengajaran yang telah lama ditawarkan oleh Rasulullah Saw.

        Pada Abad Pertengahan, umat islam telah lebih dulu berkembang dibandingkan dengan bangsa Eropa yang saat itu masih dalam kegelapan. Ilmu pengetahuan yang diperoleh orang-orang Eropa ketika itu berasal dari universitas-universitas Islam yang berdiri di semenanjung Iberia dan Andalusia (portugal dan Spanyol sekarang). Hal ini belum termasuk perguruan-perguan tinggi yang tersebar hampir di semua wilayah islam yang sampai sekarang sebagain masih eksis dengan karakteristik dan metode pendidikan masing-masing, seperti Al-Azhar (Mesir) dan Qoiruwan (Maroko). Namun, sebuah kenyataan harus diterima bahwa saat ini umat Islam tertinggal jauh dari mereka.

        Dalam memberikan contoh pengajaran yang baik, Rasulullah Saw. tidak sekedar duduk membacakan ayat dan para sahabat mengelilingi beliau sambil mendengarkan saja. sebuah persepsi yang tidak logis, jika cara yang mononton dan pasif seperti itu bisa menghasilkan kader-kader penakluk dunia yang terekam abadi dalam "tinta emas" sejarah. Bahkan, mereka mampu menghilangkan dua negara  superpower dari peta dunia pada masa itu, yaitu Dinasti Sasanid di Teisphon, dan Persia (Republik Islam Iran sekarang) dan Imperium Romawi Byzantium di Konstantinopel (Turki sekarang ). Hal ini tentu tidak terlepas dari peran besar dan pengajaran Rasulullah Saw. yang memiliki sistem dan metode pendidikan yang istimewa, serta mempunyai kekuatan karakter tersendiri.

    Tanya Jawab Islam dengan Pak A. R

     TANYA :

        Pak AR, saya pernah mendengar cerita dari salah seorang yang pernah menunaikan ibadah haji bahwa di tanah suci itu akhiratnya dunia, atau tempat pembalasan. Seseorang yang berlaku jahat, kelak kalu dia pergi haji akan mendapat perlakuan jahat pula.

        Apakah benar tanah suci itu merupakan akhiratnya dunia atau tempat pembalasan?

        Bagaimana pula dengan orang yang telah melakukan taubat dan ingin menunaikan ibadah haji. Apakah dia juga mendaptkan pembalasan sesuai dengan kejahatan yang pernah diperbuat?

        

    Noor Hidhayanto

    Jalan Menur 169 C Kudus 59319 

    JAWAB

    Saudara Noor Hidhayanto. Buanglah jauh-jauh cerita semacam yang saudara dengar, karena tidak berdasa dan tidak benar sma sekali. Agama islam memberikan pengertian kepada kita bahwa yang bernama akhirat baru akan terjadi sesudah dunia kiamat.

        Bagi mereka yang sudah bertaubat dengan taubatan nasuha, insya allah akan selamat dari perbuatannya yang sudah-sudah. Mereka yang menjalankan ibadah haji secara benar dan bersih dari segala kesalahan, oleh Rasulullah dinyatakan sebagai orang yang dilahirkan kembali.

        Melaksanakan ibadah, termasuk ibadah haji, menurut tuntunan islam adalah berdasarkan kemampuan seseorang. Memang seyogyanya orang yang menjalankan ibadah haji sudah mungkin menjalankan ibadah-ibadah lainnya semaksimal mungkin. Tetapi hal ini tidak berarti menghalang- halangi bagi mereka yang belum berkemampuan pengetahuan agamanya, padahal sudah mampu secara material, kesehatan dan sebagainya.

        saudara Noor Hidhayanto. Cerita-cerita yang diluar ketentuan dan ajaran islam, tidak perlu menggoyahkan tekad dan niat seseorang dalam menjalankan ibadah haji.

    Seni Komunikasi Verbal #1

         DARIMANA DATANGNYA KESAN PERTAMA

        Ucapan yang membuat il-feel

            Orang yang merugi dalam kesan pertama adalah orang yang sudah berpenampilan kurang rapi, gaya bicara yang kurang elegan atau elok dan orang yang sering membanggakan diri sendiri. Gaya bicara yang terbata-bata dan samar-samar juga dilikai tidak tegas dan cakap dalam kepemimpinan, padahal seorang pemimpin dinilai dari cara bicaranya, dan hal tersebut merupakan kelemahan yang fatal. Publik tidak mungkin mengtahui orang seperti apa ia sebenarnya. Mereka hanya bisa menilai dari kesan yang dipancarkan saat berbicara.

        Tidak ada Kesempatan Kedua dalam Percakapan

        Gaya pidato yang jenaka dan ceria, ia memberikan kesan yang hangat. Ia keluar dari citra orang yang kaku dengan humor-humornya dan menjadi lebih dekat dengan rakyat atau orang. Gaya tersebut juga membuat pandangan yang kuat terasa lebih akrab.

        Bagi seorang politikus senda gurau bisa menjadi faktor yang merugikan. Namun, ia merangkulnya dengan baik, sehingga ia yang tadinya bukan siapa-siapa dalam sekejap menjadi politisi idola. untuk membuat lawan bicara terpesona orang yang bernama Lee Geum Hee hanya berbicara seperlunya dan lebih banyak mendengar penuturan lawan bicaranya. Ia seakan mampu mendekap seluruhnya, baik ucapan maupun emosi lawan bicaranya.

        Lee Geum Hee memberitahukan trik berbicaranya, yaitu :

        "Pertama, tatap mata lawan bicara." Menurut sebuah statitik, persentase sebuah perusahaan memilih pegawai baru karena kesan pertama mencapai 66%. Adapun waktu yang dibutuhkkan untuk menentukan kesan pertama seseoran berturut-turut adalah 1 menit, 5 menit, begitu melihat, 3 menit dan 10 menit. Dapat diketahui bahwa ucapan singkat merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan kesan pertama.

        Paras, dandanan, pakaian, dan gaya rambut yang baik memang tidak bisa diabaikan. Namun, tidakkah anda melupakan ucapan yang sebenarnya begitu penting? ucapan adalah sarana penting untuk menilai seseorang secara keseluruhan. Melalui ucapan, kita memperoleh kesan baik dari lawan bicara dan dapat menunjukkan sisi menarik diri kita kepada lawan bicara.

    Pendidikan karakter di Sekolah


     Hakikat pendidikan karakter

        1. Pengertian karakter

        Menurut Wynee (1991:139) karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark (menandai) dan memfokuskan pada perilaku nyata sehari-hari yang dapat diamati. Dalam literatur yang lain, Lickona (1991:51) menjelaskan bahwa karakter terkait dengan tiga hal, yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral.  karakter yang baik terdiri atas  mengetahui yang baik, menginginkan yang baik, dan melakukan kebiasaan baik dari pikiran, kebiasaan hati, dan kebiasaan tindakan. Seseorang dikatakan memiliki karakter yang baik jika ia tidak hanya tahu tentang karakter yang baik, tetapi juga diwujudkan dalam perilaku sehari hari.

        Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa karakter, berkaitan dengan perilaku manusia yang positif yang dapat diamati dalam perilaku. Seorang manusia dikatakan berkarakter manakala memiliki tiga dimensi yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-hari perlu terus menjaga perilaku yang menunjukkan karakter yang baik agar dihargai oleh orang di sekitar kita.

        2. Komponen - kompenen karakter yang baik.    

        Karakter yang baik memiliki komponen yang terdiri atas moral knowing ( pengetahuan moral),  moral feeling (perasaan moral),  dan moral action (perilaku moral.

            1) Moral knowing terdiri atas enam komponen yaitu :

                a. moral awareness

                b. knowing moral

                c. Perspective taking

                d. moral reasoning

                e. Decision-making

                f. Self knowledge   

            2)   Moral feeling terdiri ada enam komponen yaitu:

                a. consciene

                b. self esteem

                c. Emphaty

                d. Loving the good

                e. Self control

                f. humility

            3) moral action ada tiga komponen, yaitu :

                a. competence

                b. will

                c. habit

        Komponen-komponen diatas merupakan komponen karakter yang baik. Seseorang dikatakan memiliki karakter yang baik apabila antara pengetahuan moral, dan perasaan moral, dan perilaku moral berkerja sama dan saling mendukung satu sama lain.

    Subscribe Our Newsletter