-->
  • Featured Post

    Sedikit tentang Multiple Intelligence

    Multiple Intelligence merupakan sebuah teori yang digagas oleh Dr. Howard Gardner dan rekan-rekannya di Harvard University. Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang bernilai budaya. Ia mengatakan bahwa psikologi dan pendidik…

    Pendidikan karakter di Sekolah


     Hakikat pendidikan karakter

        1. Pengertian karakter

        Menurut Wynee (1991:139) karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark (menandai) dan memfokuskan pada perilaku nyata sehari-hari yang dapat diamati. Dalam literatur yang lain, Lickona (1991:51) menjelaskan bahwa karakter terkait dengan tiga hal, yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral.  karakter yang baik terdiri atas  mengetahui yang baik, menginginkan yang baik, dan melakukan kebiasaan baik dari pikiran, kebiasaan hati, dan kebiasaan tindakan. Seseorang dikatakan memiliki karakter yang baik jika ia tidak hanya tahu tentang karakter yang baik, tetapi juga diwujudkan dalam perilaku sehari hari.

        Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa karakter, berkaitan dengan perilaku manusia yang positif yang dapat diamati dalam perilaku. Seorang manusia dikatakan berkarakter manakala memiliki tiga dimensi yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-hari perlu terus menjaga perilaku yang menunjukkan karakter yang baik agar dihargai oleh orang di sekitar kita.

        2. Komponen - kompenen karakter yang baik.    

        Karakter yang baik memiliki komponen yang terdiri atas moral knowing ( pengetahuan moral),  moral feeling (perasaan moral),  dan moral action (perilaku moral.

            1) Moral knowing terdiri atas enam komponen yaitu :

                a. moral awareness

                b. knowing moral

                c. Perspective taking

                d. moral reasoning

                e. Decision-making

                f. Self knowledge   

            2)   Moral feeling terdiri ada enam komponen yaitu:

                a. consciene

                b. self esteem

                c. Emphaty

                d. Loving the good

                e. Self control

                f. humility

            3) moral action ada tiga komponen, yaitu :

                a. competence

                b. will

                c. habit

        Komponen-komponen diatas merupakan komponen karakter yang baik. Seseorang dikatakan memiliki karakter yang baik apabila antara pengetahuan moral, dan perasaan moral, dan perilaku moral berkerja sama dan saling mendukung satu sama lain.

         3. Nilai - nilai karakter

        Nilai karakter berdasarkan kementrian pendidikan nasional (2010:9-10)

    • Religius
    • Jujur
    • Toleransi
    • Disiplin
    • Kerja keras
    • kreatif
    • mandiri
    • demokratis
    • Rasa ingin tahu 
    • Semangat kebangsaan
    • cinta tanah air
    • menghargai prestasi
    • bersahabat/ komunikatif
    • cinta damai
    • gemar membaca
    • peduli lingkungan
    • peduli sosial
    • tanggung jawab 

        4. Pendidikan Karakter

            Berbicara  mengenai 'pendidikan nilai', 'pengajaran nilai', dan 'nilai-nilai tradisional' serta ' kebajikan moral' merupkan istilah yang ambigu, dengan makna yang kadang-kadang berbeda dan kontroversial.  atas alasan tersebut, banyak pendidik yang memilih mendefinisikan pengajaran nilai tradisional dan kebajikan moral sebagai "pendidikan karakter" (Krischenbaum 1995:21).

        Menurut Sudrajad (dalam Effendi, 2012:237) menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai - nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.

        Pendidikan karakter memiliki makna yang lebih luas dibandingkan dengan pendidikan moral. Pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan akan hal benar salah, tetapi lebih kepada menanamkan kebiasaan tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga peserta didik memiliki kesadaran untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari (Mulyasa, 2011:3). Pendidikan karakter bukanlah tanggung jawab segelintir orang atau lembaga tertentu saja. tapi merupkan tanggung jawab bersama baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

        Menurut Bebeau dkk (1999:19) bahwa pendidikan karakter diperlukan sebagai sarana untuk melawan penyimpangan dan anarki para pemuda. melalui pendidikan karakter akan tertanam nilai-nilai karakter yang baik, nilai karakter yang baik akan menuntun seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Wibowo (2012:36) bahwa pendidikan karakter merupakan proses pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter luhur pada peserta didik. 

        Siswa disekolah tidak hanya cukup dikembangkan aspek akademik saja, tetapi juga aspek moralnya. Watson(2010:175) menjelaskan bahwa siswa dipandang secara alamiah sebagai papan tulis kosong yang akan dibentuk melalui penguatan untuk menjadi pelajar dan warga negara yang produktif. Bagley(watson,2010 :176)memandang tugas pendidikan adalah mengubah anak secara perlahan-lahan dari makhluk yang sedikit buas menjadi makhluk yang tertib terhadap hukum untuk dapat hidup dalam masyarakat secara beradab. 

        Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter bukan merupakan tanggung jawab segelintir orang atau kelompok saja, tetapi perlu adanya jalinan kerjasama yang baik antara lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. pelaksanaan pendidikan karakter di berbagai lingkungan pendidikan, bukanlah tanpa tujuan. Sejalan dengan yang dijelaskan oleh kementrian pendidikan nasional (2010:7), yakni :

    1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan wara negara yang memilki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
    2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius
    3. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab
    4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan
    5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan. 
        Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah untuk mengembangkan, menguatkan, memfasilitasi perilaku-perilaku positif dan meminimlisir mampupun mengkoreksi perilaku negatif peserta didik. Selain itu, pendidikan karakte juga bertujuan untuk membangun hubungan antara sekolah, keluarga, maupun masyarakat dalam memerankan tanggung jawab untuk tumbuhnya karakter baik peserta didik. 

        5. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter

        Dalam psikologi karakter, ketika akan menghilankan perilaku moral yang jelek, dan membantu orang untuk menjadi lebih baik, maka perlu memperhatikan dampak lingkungan (Lickona, 1991:63). Hal penting untuk diperhatikan oleh sekolah dalam mengembangkan karakter peserta didik sekolah sebisa mungkin  menyediakan  lingkungan moral yang mendukung ketercapaian nilai-nilai karakter baik yang akan dikembangkan, sehingga memungkinkan siswa untuk selalu berperilaku sesuai dengan nilai karakter yang akan dikembangkan.

        Keberhasilan pendidikan karakter di sekolah dipengaruhyi oleh beberapa faktor yang saling berhubungan satu sama lain. Wibowo (2012:45) menjelaskan agar implementasi pendidikan karakter disekolah dapat berhasil, maka syarat utama yang harus dipenuhi antara lain, pertama teladan dari guru dan karyawan sekolah serta pemangku kebijakan sekolah. kedua,  pendidikan karakter dilakukan secara konsisten dan secara terus menerus.  ketiga, penanaman nilai-nilai karater utama. nilai-nilai karakter utama akan mendasari tumbuhnya karakter lainnya, sehingga nilai karater utama penting untuk ditumbuhkan dalam diri siswa.

         Bebau dkk.(1999:21-22) menjelaskan bahwa dalam membangun moralitas ada beberapa komponen dasar yang saling berinteraksi, dan disebut sebagai pendekatan komprehensif. Character Education Partnership (CEP) dalam  Character Education Quality Standards and it s Eleven Principles of Effective Character Education ( CEP, 2005a, 2005b) menjelaskan bahwa bentuk pendidikan karakter yang komprehensif memuat 11 prinsip sebagai berikut :

    1. Mempromosikan nilai-nilai etika inti sebagai dasar karakter yang baik;
    2. mendefinisikan karakter secara komprehensif dengan memasukkan berpikir, merasa, dan perilaku;
    3. menggunakan pendekatan yang komprehensif, proaktif, dan efektif untuk pengembangan karakter;
    4. menciptakan kepedulian komunitas sekolah;
    5. memberika kesempatan siswa untuk tindakan moral
    6. memasukkan kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghormati semua peserta didik mengembangkan karakter merkea, dan membantu mereka untuk sukses;
    7. berusaha untuk mendorong motivasi diri siswa
    8. melibatkan staf sekolah dalam pembelajaran dan komunitas moral yang bertanggung jwab dalam pendidikan karakter dan upaya untuk mematihi nilai-nilai inti yang sama dalam membimbing pendidikan siswa;
    9. memumpuk kepemimpinan moral bersama dan mendukung inisiatif pendidikan karakter dalam jangka panjang;
    10. Melibatkan keluarga dan anggota masyarakt sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter;
    11. mengevaluasi karakter sekolah fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter yang baik (Glanzer  & Milson, 2006:534).
            Mulyasa (2011:14)menjelaskan bahwa setidaknya ada 8 jurus yang perlu diperhatikan untuk menyukseskan pendidikan karakter disekolah. Kedelapan jurus tersebut adalah pahami pendidikan karakter, sosialisasikan dengan tepat, menciptakan lingkungna yang kondusif, kembangkan sarana dan sumber belajar yang memadai, disiplinkan peserta didik, pilih kepala sekolah yang amanah, wujudkan guru yang digugu dan ditiru, Libatkan seluruh warga sekolah dalam menyukseskan pendidikan karakter.

    BAB II
    PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI BUDAYA SEKOLAH
     
         A. PENGERTIAN BUDAYA SEKOLAH
                Penelitian Sudrajat dan Wibowo(2013) menunjukkan data bahwa dalam rangka membangun karakter terpuji di sekolah, ada tiga komponen yang dapat diterapkan. Ketiga komponen tersebut adalah 
    1. Kultur sekolah yang bermutu baik mencakup mutu input, mutu akademik, dan mutu non akademik;
    2. Kultur sekolah yang memfokuskan diri pada penanaman karakter religius, keterbukaan, kepedulian, kebersamaan, dan kerja sama;
    3. Dikembangkannya kultur disiplin dengan fokus penanaman karakter.

        Pengertian tentang budaya sekolah dijelaskan oleh Zamroni (2014 :1) bahwa budaya merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh kelompok masyarakat yang mencakup cara  berpikir, perilaku, nilai, yang tercermin baik dalam wujud fisik abstrak. Lebih lanjut Barnawi & Arifin (2013 : 110) menjelaskan bahwa budaya sekolah adalah sistem berpikir dan bertindak secara khas yang kompleks yang dilandasi oleh nilai, keyakinan, asumsi, yang bersifat dinamis dan bertujuan. Pendapat tersebut didukung oleh Koesoema (2012 : 125) yang mendefinisikan budaya sekolah sebagai sebuah pola perilaku dan cara bertindak yang telah  terbentuk secara otomatis menjadi bagian hidup dalam sebuah komunitas.

        Berdasarkan hal diatas, maka dapat dikemukakan bahwa budaya sekolah merupakan pola-pola yang mendalam, kepercayaan nilai, upacara, simbol-simbol, tradisi, yang terbentuk dari rangkaian, kebiasaan, dan sejarah sekolah, serta cara pandang dalam memecahkan persoalan-persoalan yang ada di sekolah. Hal ini dapat dikatakan pula bahwa budaya sekolah adalah nilai dan norma yang dibentuk dan diterapkan di sekolah yang menjadi basis interaksi semua warga sekolah.

        Dapat dikatakan bahwa sekolah dapat berkembang, ajeg, ataupun menurun kualitasnya, sangat bergantung dari budaya sekolah yang dijalankan di sekolah tersebut. Kegiatan-kegiatan dalam budaya sekolah yang melibatkan peran aktif semua warga sekolah baik dalam pengambilan kebijakan sekolah sampai penerapannya, maka akan menunjang peningkatan kualitas sekolah. semua warga sekolah ikut terlibat aktif di dalamnya.

        Budaya sekolah merupakan aset yang bersifat  unik dan tidak sama antara sekolah yang satu dengan yang lainnya. budaya sekolah dapat diamati melalui pencerminan hal-hal yang dapat diamati atau artefak. Artefak dapat diamati melalui aneka ritual sehari-hari di sekolah, berbagai upacara, benda-benda simbolik di sekolah, serta aktivitas yang berlangsung di sekolah. Keberadaan kultur ini segera dapat dikenali ketika orang mengadakan kontak dengan sekolah tersebut.

     B. Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah.

        Salah satu kunci kesukesan dalam rangka membangun karakter yang baik dalam diri peserta didik adalah setiap lembaga pendidikan atau sekolah harus menerapkan budaya sekolah dalam rangka membiasakan karakter yang akan dibentuk (Fanani, 2013 : 3). Senada dengan pendapat tersebut Ma'mur (2011 :56) menjelaskan bahwa pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah dan masyarakat di sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut. Budaya sekolah dilakukan oleh seluruh warga sekolah.

        Budaya sekolah pada umumnya mencakup ritual, harapan, demografi, kegiatan ekstrakurikuler, proses pengambilan keputusan, kebijakan maupun interaksi sosial antarkomponen di sekolah. untuk membangun budaya sekolah dapat dilakukan melalui kegiatan berikut :

    1. Kegiatan rutin, dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat.

    2. Kegiatan spontan, dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga, misalnya mengumpulkan sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana.

    3. Keteladanan, yaitu perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dalam memberikan contoh terhadap tindakan- tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya.

    4.Pengkondisian, yaitu penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter.

        Pengembangan budaya sekolah harus sejalan dengan visi, misi, dan tujuan sekolah. Fungsi visi, misi, dan tujuan sekolah adalah untuk mengarahkan pengembangan budaya sekolah. dan perlu ditopang oleh strategi dan program yang jelas. strategi mencakup cara-cara yang ditempuh sedangkan program menyangkut kegiatan operasional yang perlu dilakukan. Evaluasi secara rutin dan bertahap dalam jangka pendek, sedang, maupun jangka panjang perlu dilakukan untuk mengetahui kinerja pengembangan budaya sekolah. 

        Lickona (1994:325 ) menjelaskan bahwa sekolah dapat merancang budaya moral yang positif dengan melakukan delapan elemen, yaitu : 1) kepemimpinan kepala sekolah, 2)mempromosikan dan menegakkan nilai-nilai disiplin di sekolah 3) menegakan rasa kebersamaan, 4) melibatkan siswa untuk menciptakan suasana yang demokratis, 5) menciptakan suasana moral, dan 6)memosisikan moral sebagai sesuatu yang penting di sekolah. Dari keenam elemen tersebut mengisyaratkan bahwa budaya moral di sekolah harus dikembangkan di seluruh lingkungan sekolah.

        Pendidikan karakter dalam budaya sekolahharus melibatkan peran aktif dari semua pihak yang terdapat di lingkungan sekolah. Budaya sekolah sangat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh semua warga sekolah karena budaya sekolah memberikan pengalaman bagi semua warga sekolah baik sosial maupun intelektual yang diserap selama dalam lingkungan sekolah. Pengembangan budaya sekolah harus senantiasa sejalan dengan visi, misi, dan tujuan sekolah. Kerja sama antar semua warga sekolah merupakan suatu keharusan yang bertujuan untuk membangun kekuatan sekolah. Budaya sekolah yang positif dimana semua warga terlibat aktif, akan memudahkan sekolah dalam mengembangkan, menguatkan, serta memfasilitasi pembentukan karakter baik pada semua warga sekolah, khususnya peserta didik. 

     

    C. Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah

        Pendidikan karakter melalui budaya sekolah dapat tercermin dalam segala bentuk lapisan. Dalam artefak fisik pendidikan karakter melalui budaya sekolah dilakukan dengan memperhatikan kerapian taman, halaman, gedung, keselarasan interior, dan kebersihan sarana dan prasarana. Lapisan artefak fisik ini ciri utamanya adalah nyata dan dapat diamati. Oleh karenanya pada artefak fisik perlu benar-benar diperhatikan karena akan terlihat langsung oleh seluruh warga sekolah.  Tampilan kerapian taman dan halaman yang baik akan mendukung pendidikan karakter tentang peduli lingkungan dan tanggung jawab bagi siswanya.

        Perwujudan lain pendidikan karakter melalui artefak fisik adalah kerapian gedung. Pendidikan karakter melalui artefak fisik dapat pula diwujudkan melalui penataan interior ruang yang selaras, serta kebersihan sarana ruang kelas.

        Selain melalui perwujudan artefak fisik, pendidikan karakter dalam budaya sekolah juga dapat dilaksanakan melalui artefak perilaku yang berupa keanekaragaman kegiatan olahraga, kesenian, pramuka, lomba-lomba, upacara bendera, dan upacara keagamaan.

    C. Implementasi Pendidikan Karakter  Melalui Budaya Sekolah.

          Pendidikan karakter melalui budaya sekolah dapat dicerminkan dalam segala bentuk lapisan. Dalam artefak fisik pendidikan karakter melalui budaya sekolah dilakukan dengan memperhatikan kerapian taman, halaman, gedung, keselarasan interior, dan kebersihan sarana dan prasarana.

        Selain melalui perwujudan artefak fisik, pendidikan karakter dalam budaya sekolah juga dapat dilaksanakan melalui artefak perilaku yang berupa keanekaragaman kegiatan olahraga, kesenian, pramuka, lomba-lomba, upacara bendera, dan upacara keagamaan.

        Bentuk lain dari budaya sekolah adalah niai dan keyakinan. Nilai dan keyakinan yang dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan karakter siswa adalah lingkungan yang bersih, suasana sekolah yang asri, dan tersedianya slogan-slogan tentang nilai-nilai karakter. Pelaksanaan pendidikan karakter melalui budya sekolah juga dapat dilaksanakan melalui jalinan hubungan yang baik antar warga sekolah. Pembiasaan senyum, sapa, dan salam antar warga sekolah sangat baik untuk menumbuhkan karakter  santun, saling menghormati, bersahabat dan peduli sosial.

        

        BAB III 

    PERAN ORANG TUA DAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN KARAKTER

    A. Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Karakter

        Siswa yang menempuh pendidikan di sekolah tidak akan terlepas dari tripusat pendidikan yang dikemukakan  oleh ki Hajar Dewantara, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.Keberhasilan pendidikan karakter yang dilakukan di sekolah tidak terlepas dari keterlibatan orang tua dan masyarakat. Sekolah perlu mengetahui segala hal yang terjadi di lingkungan keluarga dan masyarakat untuk menentukan kebijakan yang berkaitan dengan internalisasi nilai karakter displin pada siswa. Demikian pula sebaliknya orang tua perlu mengetahui kebijakan yang dilakukan sekolah dalam menginternalisasikan nilai karakter disiplin untuk menjaga keberlanjutan pendidikan karakter disiplin di rumah. 

        Terkait dengan bentuk-bentuk keterlibatan orang tua disekolah dalam pendidikan karakter, Lickona (2012) menjelaskan bahwa ada sebelas prinsip praktis yang dapat dilakukan orang tua untuk mendukung keberhasilan karakter bagi anak. Kesebelas prinsip tersebut adalah :

    1. Jadikan pengembangan karakter sebagai prioritas utama

    2. Jadilah orang tua yang bijaksana

    3. Cinta anak-anak

    4. Mengajar dengan contoh

    5.Mengelola lingkungan moral

    6. Gunakan pengajaran langsung untuk membentuk hati nurani dan kebiasaan

    7. Mengajarkan keputusan yang baik

    8. Kedisiplinan secara bijaksana

    9. Memecahkan masalah dengan adil

    10. Memberikan kesempatan untuk mempraktikkan kebajikan

    11. Mendorong Pengembangan Spiritual.

        Untuk memaksimalkan keterlibatan orang tua dalam rangka mendukung keberhasilan proses internalisasi karakter disiplin kepada siswa di sekolah, guru hendaknya memperlakukan orang tua sebagai partner untuk itu sekolah perlu membangun relasi yang baik dengan orang tua agar penanaman nilai karakter di sekolah mendapat dukungan yang positif dan berlangsung secara berkelanjutan.

        Keterlibatan orang tua merupakan faktor penting untuk mendukung keberhasilan program pendidikan yang dilakukan sekolah. Oleh karena itu, antara sekolah dan orang tua diharapkan mampu menjalin hubungan yang positif dan saling mendukung untuk keberhasilan pendidikan karakter yang dilakukan. Lickona(2012) menjelaskan ada beberpa kegiatan yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam kemitraannya dengan orang tua. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain :

    1. Menegaskan keluarga sebagai pendidik karakter yang paling utama.

    2. Mengharapkan orang tua untuk berpartisipasi

    3. Memberikan insentif bagi partisipasi orang tua

    4. Menyediakan program tentang parenting dan berusaha untuk meningkatkan tingkat partisipasi.

    5. Mendapatkan program untuk orang tua

    6. Menetapkan PR keluarga

    7. Bentuk kelompok orang tua sebaya yang saling mendukung

    8. Melibatkan orang tua dalam perencanaan program pendidikan karakter

    9. Membentuk forum yang sedang berlangsung untuk orang tua.

    10. Membentuk komite orang tua mengenai pendidikan karakter.

    11. Membuat perjanjian moral dengan orang tua.

    12 Memperbarui perjanjian

    13 Memperluas perjanjian menjadi kedisiplinan

    14. Memperluas perjanjian pada olahraga dan ekstrakurikuler lainnya.

    15. Memperpanjang perjanjian untuk memerangi dampak dari media.

    16. Menjadi responsif terhadap keluhan orang tua.

    17. Menghormati keutamaan orang tua seputar pendidikan seks.

    18. meningkatkan semua arus komunikasi positif antara sekolah dan rumah.

    19. Biarakan orang tua mengetahui tentang pekerjaan yang diharapkan dan selalu kirimkan laporan reguler.

    20. Menyediakan pusat bantuan keluarga dan sekolah komunitas. 


    B. Peran Masyarakt dalam Pendidikan Karakter Melalui Komite Sekolah

        Interaksi anak tidak cukup hanya di lingkungan keluarga dan sekolah. Selama 24 jam sehari semalam, ada sebagian waktu yang digunakan anak untuk berinteraksi dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu, dalam rangka pembentukan karakter anak, lingkungan masyarakat memegang peran yang tidak kalah penting jika dibandingkan dengan lingkungan keluarga dan sekolah.

        Lickona dan rekan - rekannya (Lies dkk. 2008 ; 521) menekankan pentingnya melibatkan orang tua dan anggota masyarakat sebagai mitra penuh dalam proses pembangunan karakter. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, peran komite sekolah sangat penting dan mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter yang dilaksanakan. Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 75 tahun 2016 Tentang komite  sekolah dijelaskan bahwa komite sekolah merupakan lembaga mandiri  yang beranggotakan orangtua/ wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.

        Peran komite sekolah tersebut antara lain : 1)pemberi pertimbangan, 2)Pendukung (supporting agency) 3)Pengontrol 4) mediator antara pemerintah, masyarakat, dan sekolah dalam implementasi pendidikan karakter (Mulyasa, 2011 : 75 )

        Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat dalam hal ini komiter sekolah memilliki peran yang penting dalam mendukung keberhasilan pendidikan karakter disiplin yang dilakukan sekolah.Oleh karena itu, sekolah harus senantiasa menjaga hubungan yang baik dan kooperatif dengan komite sekolah. Komite sekolah dapat dijadikan mitra baik sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, maupun mediator bagi sekolah dengan orang tua, serta memiliki fungsi kontrol bagi sekolah itu sendiri.

    C. Peran Orang Tua dalam Pemanfaatan Media.

       Orang tua atau keluarga diharapkan mampu mengendalikan pemanfaatan media oleh anak yang tidak sepenuhnya baik. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :

    a. Mengizinkan anak untuk menggunakan media yang memberikan tuntunan nilai-nilai yang baik.

    b. Memberikan aturan kepada anak bahwa tidak ada TV ataupun telepon selular sebelum sekolah, sebelum PR selesai dikerjakan dan selama makan malam.

    c. Mengharuskan anak meminta izin untuk menonton televisi, dan hanya program - program tertentu yang boleh ditonton.

    d. Menonton TV dijadikan sebuah acara keluarga yang dapat dilakukan dalam waktu-waktu tertentu.

    e. Ada saat-saat tertentu yang dijadwalkan untuk tidak adanya TV, dimana dapat diistilahkan sebagai "malam yang tenang' atau "malam keluarga"

    f. Jika anak akan mengakses video game, maka sebaiknya dibawah pengawasan orang tua.

    g. Perlu aturan dan pengawasan akses website yang mengandung unsur-unsur nilai negatif hendaknya dilarang atau diblokir.

    h. Tidak boleh menonton film tanpa izin dari orang tua.

     

    D. Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat.

        Keterlibatan orang tua dalam pelaksanaan pendidikan karakter yang berlangsung di sekolah sangat beragam. Beberapa sekolah mengoptimalkan pertemua orang tua yang dilaksanakan secara berkala.

        Melalui kegiatan sosialisasi program pendidikan karakter kepada orang tua diharapkan akan adanya konsistensi treatment kepada anak tentang perilakunya. Karena itu orang tua harus selalu mendukung dan menjaga konsistensi pendidikan karakter yang dilakukan sekolah.

        Kegiatan pertemuan wali murid juga dapat digunakan sekolah untuk mensosialisasikan tentang pendidikan karakter secara umum. Hal tersebut ditempuh dengan jalan mendatangkan ahli ke sekolah untuk memberikan sosialisasi tentang program pendidikan karakter.

       Di samping itu keterlibatan orang tua dalam pendidikan karakter di sekolah juga dapat dilakukan dengan partisipasi aktif mengisi buku kegiatan/ buku penghubung yang disediakan di sekolah. Keterlibatan orang tua dalam pelaksanaan pendidikan karakter juga dapat dilakukan dengan cara orang tua terbuka untuk menerima laporan perkembangan siswa setiap saat. 

        Adapun  peran masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan dengan mengoptimalkan komite sekolah.Komite sekolah juga dapat menjembatani komunikasi antara sekolah dengan orang tau siswa, atau dengan masyarakat sekitar sekolah tentang program pendidikan karakter yang sedang digalakan.  

     BAB IV 

    PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER

    A. Pendidikan Kewarganegaraan

        Pendidikan moral di Indonesia, secara tradisional, berisi nilai-nilai kemasyarakatan, negara dan agama. Pada mulanya, pendidikan moral dilaksanakan melalui pendidikan agama dan budi pekerti, tidak ada pendidikan moral secara eksplisit. Semenjak tahun 2006, terjadi perubahan kurikulum dari KBK menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum ini PKn disekolah dasar tidak lagi terintegrasi dengan mata pelajaran IPS, melainkan berdiri sendiri menjadi mata pelajaran PKn. Demikian pula pada tingkat SMP dan SMA, PKn menjadi mata pelajran yang berdiri sendiri.

        Pada tahun 2014, dengan berlakunya kurikulum 2012, mata pelajaran PKn di sekolah berganti menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Pada jenjang sekolah dasar PPKn dikenal dengan istilah muatan pembelajaran PPKn karena berlaku kurikulum tematik integratif. Sementara untuk jenjang SMP dan SMA, PPKn berdiri sendiri sebagai sebuah mata pelajaran.

    B. Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar.

    1. Tujuan PKn

        Sesuai dengan yang ditetapkanoleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tujuan mata pelajaran PKn adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi kepada siswa sebagai berikut :

    a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan,

    b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

    c. Berkembang secara postitf dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa - bangsa lainnya.

    d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

        Dengan melihat tujuan mata pelajaran PKn di atas dapat disimpulkan bahwa di dalamanya memuat aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk dapat mencapai tujuan mata pelajaran PKn tersebut secara maksimal, maka guru perlu menyusun strategi pembelajaran yang digunakan dikelas yang sesuai dengan masing-masing aspek pembelajaran.

    2. Ruang Lingkup PKn

        Pendidikan Kewarganegaraan memiliki ruang lingkup yang cukup banyak. BSNP menguraikan ruang lingkup mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai berikut :

    a. Persatuan dan kesatuan bangsa

    b. Norma, hukum dan peraturan

    c. Hak asasi manusia

    d. Kebutuhan warga negara

    e. Konstitusi negara

    f. Kekuasaan dan politik

    g. Pancasila

    h. Globalisasi

        Ruang lingkup PPKn SD semakin tampak mautan karakternya ketika hadir kurikulum 2013, dimana PPKn merupakan salah satu muatan pembelajaran yang di dalamnya mengandung unsur kompetensi dasar dari  kompetensi inti satu hingga empat. Seperti diketahui KD dari KI 1 dan 2 muatannya adalah sikap spritual dan sosial. Dengan adanya kompetensi sikap tersebut maka sudah barang tentu dalam pembelajarannya guru harus menginternalisasikan keduanya.

    C. Paradigma Baru PKn

         Paradigma berarti suatu model atau kerangka berpikir yang digunakan dalam proses pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Tugas PKn paradigma baru adalah mengembangkan pendidikan demokrasi yang mengemban tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan warganegara (civic Intelligence), membina tanggung jawab warga negara (civic responsibility) dan mendorong partisipasi warga negara (civic partipacition)

        Dalam dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) mencakup bidang politik, hukum, dan moral. Materi yang termasuk kedalam pengetahuan kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintah berdasar hukum (rule of law) dan peradilan bebas yang tidak memihak, konsitusi, sejarah nasional, hak dan tanggung jawab warga negara, hak asasi manusia, hak sipil, dan hak politik (Depdiknas, 2002 : 10). 

        Sementara itu dalam dimensi ketrampilan kewarganegaraan (civic skills) yang meliputi ketrampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada dimensi yang ketiga yaitu dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civic values). Dimensi ini mencakup percaya diri, komitmen, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur, nilai keadilan, demokratis, toleransi, kebebasan individual, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul, dan perlindungan terhadap minoritas (Depdiknas, 2002 : 11).

        Model pembelajaran berbasis portofolio yang lebih dikenal dengan "Proyek belajar kewarganegaraan Kami Bangsa Indonesi (PKKBI)" yang dianggap sebagai model pembelajaran yang paling tepat dan sesuai dengan paradigma baru PKn. Model pembelajaran PKn dengan paradigma baru memiliki karakteristik sebagai berikut :

    1. Membelajarkan dan melatih siswa berpikir kritis.

    2. Membawa siswa mengenal, memilih, dan memecahkan masalah.

    3. Melatih siswa dalam berpikir sesuai dengan metode ilmiah.

    4. Melatih siswa untuk berpikir dengan ketrampilan sosial lain yang sejalan dengan pendekatan inkuiri.

     


         

        


     

     to be continued.

    Sumber :

    Wuri Wuryandani dan Agung Rahmanto, Agustus 2018, Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar, UNY Press, Yogyakarta.


    Komentar

    Subscribe Our Newsletter