-->
  • Featured Post

    Sedikit tentang Multiple Intelligence

    Multiple Intelligence merupakan sebuah teori yang digagas oleh Dr. Howard Gardner dan rekan-rekannya di Harvard University. Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang bernilai budaya. Ia mengatakan bahwa psikologi dan pendidik…

    Psikologi Belajar : Jenis-Jenis Belajar

     E.Jenis-jenis Belajar

    1.Belajar Arti Kata-kata
    Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang tekandung dalam kata-kata yang digunakan.Pada mulanya suatu kata sudah dikenal, tetapi belum tahu artinya “anjing”, tetapi dia belum mengetahui bendanya, yaitu binatang yang disebutkan dengan kata itu. Namun lama kelamaan dia mengetahui juga apa arti kata “Kucing” atau “anjing. Dia sudah tahu bahwa kedua binatang itu berkaki empat dan dapat berlari. Suatuketika melihat seekor anjing dan anak tadi menyebutnya “kucing”.koreksi dilakukan bahwa itu bukan kucing, tapi anjing. Anak pun akhirnya tahu bahwa anjing itu bertubuh besar dengan telinga yang cukup panjang dan kucing itu bertubuh kecil dengan telinga yang kecil daripada anjing. Dengan begitu, maka kata kucing dapat anak mengerti sebagai simbol dari binatang dengan ciri-ciri tertentu yang dibedakan dari semua biantang, termasuk anjing.
    Setiap pelajar atau mahasiswa pasti belajar arti kata-kata tertentu yang belum diketahui. Tanpa hal ini, maka sukar menggunakannya. kalaupun dapat menggunakanannya, tak urung ditemukan kesalahan penggunaan. Mengerti arti kata-kata merupakan dasar terpenting. Orang yang membaca akan mengalami kesukaran untuk memahami isi bacaan. Karena ide-ide yang terpatri dalam suatu kata atau kalimat hanya dapat dipahami dengan mengerti arti setiap kata. Dengan kata-kata itulah, para penulis atau pengarang melukiskan ide - idenya kepada sidang pembaca. Oleh  karena itu penguasaan arti kata-kata adalah penting dalam belajar.


     
    2.Belajar Kognitif
     Dalam belajar kognitif, objek-objek yang ditanggapi tidak hanya bersifat materill, tetapi juga yang bersifat tidak materill. Objek-objek yang bersifat materil misalnya, orang, binatang, bangunan, kendaran, perabot rumah tangga, dan tumbuh-tumbuhan. Objek-objek yang bersifat tidak materill misalnya ide kemajuan, keadilan, perbaikan, pembangunan, dan sebagainya.
    Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belajar, seseorang tidak bisa melepaskan diri dari kegiatan belajar kognitif. Mana bisa kegiatan mental tidak berproses ketika memberikan tanggapan terhadap objek-objek yang diamati. Sedangkan belajar itu sendiri adalah proses mental yang bergerak ke arah perubahan.
     
    3.Belajar Menghafal
    Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Peristiwa menghafal merupakan proses mental untuk mencamkan dan menyimpan kesan-kesan, yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat di ingat kembali ke alam sadar.
    Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan yaitu mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal dipengaruhi syarat-syarat tersebut. Menghafal tanpa tujuan menjadi tak terarah, menghafal tanpa pengertian menjadi kabur, menghafal tanpa perhatian adalah kacau, dan menghafal tanpa ingatan adalah sia-sia.
     
    4.Belajar Teoritis
    Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dari fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah.Maka, diciptakan konsep-konsep, relasi-relasi diantara konsep-konsep dan struktur-struktur hubungan. 

    5. Belajar Konsep

        Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa).

        Dalam bentuk belajar ini, orang mengadakan abstraksi, yaitu dalam objek-objek yang meliputi benda, kejadian dan orang, hanya ditinjau pada aspek-aspek tertentu saja. Objek tidak ditinjau dalam semua detailnya, tetapi aspek tertentu seolah-olah diambil, diangkat, dan disendirikan. Misalnya, pada bunga flamboyan, kembang sepatu, bunga anggrek, bunga bangkai, bunga melati, bunga mawar, bunga kenanga, dan sebagainya. Pada semua jenis tumbuhan itu ditemukan sejumlah ciri yang terdapat pada semua bunga-bunga konkret itu,  yaitu "mekar, bertangkai, berwarna, sedap dipandang mata, berputik, dan berbenang sari". sejumlaha ciri itu bersama-sama ditangkap atau dikumpulkan dalam pengertian "bunga", yang kemudian dilambangkan dengan kata "bunga". jadi, konsep bunga itu dalam pengertian mekar, bertangkai, berwarna, sedap dipandang mata, berputik, dan berbenang sari. Dari tetumbuhan dan pepohonan yang mana dan dimana pun selama mempunyai ciri-ciri yang sama yang dikatakan bunga, tetap diberikan pengertian bunga. Dengan demikian, benarlah baha konsep/pengertian adalah satuan arti yang mewakili  sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Belajar konsep merupakan salah satu cara belajar dengan pemahaman. Ciri khas dari konsep yang diperoleh sebagai hasil belajar pengertian ini adalah adanya skema konseptual. Skema konseptual adalah suatu keseluruhan kognitif, yang mencakup semua ciri khas yang terkandung dalam suatu pengertian.

            Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan: konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam lingkungan fisik. Konsep ini mewakili benda tertentu, seperti meja, kursi, tumbuhan, rumah, mobil, sepeda motor, dan sebagainya. Konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbadan. Hanya dirasakan adanya melalui proses mental. Misalnya, saudara sepupu, saudara kandung, paman, bibi, belajar, perkawinan, dan sebagainya, adalah kata-kata yang tidak daat dilihat dengan mata biasa, bahkan dengan mikroskop sekalipun. Untuk memberikan pengertian pada semua kata itu diperlukan konsep yang didefinisikan dengan menggunakan lambang bahasa.

            Ahmad adalah saudara sepupu Mahmud; merupakan kenyataan (realitas), tetapi tidak dapat diketahui dengan mengamati Ahmad dan Mahmud. Kenyataan itu dapat diketahui dengan menggunakan lambang bahasa. Kata "saudara sepupu" dijelaskan. Penjeleasan atas kata yang didefinisikan. Berdasarkan konsep yang didefinisikan, di dapatkan pengertian, saudara sepupu adalah anak dari paman atau bibi.

                Akhirnya, belajar konsep adalah berpikir dalam konsep dan belajar pengertian. Taraf ini adalah taraf komprehensif. Taraf kedua adalah taraf berpikir. Taraf pertamanya adala taraf pengetahuan, yaitu taraf belajar reseptif atau menerima.

    6. Belajar Kaidah

            Belajar kaidah (rule) termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual, yang dikemukakan oleh gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang merepresentasikan suatu keteraturan. Orang yang telah mempelajari suatu kaidah, mampu menghubungan beberapa konsep. Misalnya, seseorang berkata, "besi dipanaskan memuai". Karena seseorang telah menguasai konsep dasar mengenai "besi", "dipanaskan" dan "memuai", dan dapat menentukan adanya suatu relasi yang tetap antara ketiga konsep dasar itu (besi, dipanaskan, dan memuai), maka dia dengan yakin mengatakan bahwa "besi dipanaskan memuai".

                Selama belajar disekolah atau perguruan tinggi, seseorang akan menemukan kaidah-kaidah. Hal ini harus dipunyai untuk kemajuan belajar. Kaidah-kaidah itu misalnya, "setiap makhluk yang bernyawa pasti mati", "belajar adalah berubah", "udara yang lembab mengakibatkan besi berkarat", "air yang dimasukkan dalam ruang bersuhu non - derajat celcius atau kurang dari itu akan membeku", perkembangan anak dipengaruhi oleh keturuanan dan lingkungan" matahari terbit ditimur dan tenggelam dibarat" dan sebagainya.

                Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah merupakan suatu representasi (gambaran) mental dari kenyataan hidup dan sangat berguna dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah merupakan suatu keteraturan yang berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu, belajar kaidah sangat penting bagi seseorang sebagai salah satu upaya penguasaan ilmu selama belajar disekolah atau diperguruan tinggi.

                Sejumlah teori yang dipelajari di sekolah atau diperguruan tinggi biasanya dirumuskan dalam bentuk kaidah. Misalnya, "belajar adalah berubah", adalah suatu kaidah yang terdiri dari dua konsep, yaitu "belajar" dan "berubah", "dua kali dua sama dengan empat". Apa pun dan bagaimanapun bentuk rumusan definsi yang dikemukakan, tetap tidak akan mengubah kaidah tersebut. Lihatlah definsi pengertian belajar yang telah diuraikan pada bagian terdahulu (halaman), formulasi kalimatnya berbeda-beda, tetapi kaidahnya sama, yaitu "belajar adalah berubah".

    7. Belajar Berpikir

                Dalam belajar ini orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan. Masalah harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.

                Belajar berpikir sangat diperlukan selama belajar di sekolah atau diperguruan tinggi. Masalah dalam belajar terkadang ada yang harus dipecahkan seorang diri tanpa bantuan orang lain. Pemecahan atas masalah itulah yang memerlukan pemikiran. Berpikir itu sendiri adalah kemampuan jiwa untuk meletakan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan. Ketika berpikir dilakukan, maka disana terjadi suatu proses. Oleh karena itulah, John Dewey dan Wertheimer memandang berpikir sebagai proses. Dalam proses itu tekanannya terletak pada penyusunan kembali kecakapan kognitif (yang bersifat ilmu pengetahuan).

                    Dalam konteks ini ada istilah berpikir konvergen dan berpikir divergen. Berpikir konvergen adalah berpikir menuju satu arah yang benar atau satu jawaban yang paling tepat atau satu pemecahan dari suatu masalah. Berpikir divergen adalah berpikir dalam arah yang berbeda-beda, akan diperoleh jawaban-jawaban unit yang berbeda-beda, tetapi benar.

                    Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah sebagai berikut.

    a. Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah.

    b. Masalah itu diperjelas dan dibatasi.

    c. Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan.

    d. Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis, kemudian hipotesis-hipotesis itu dinilai, di Uji agar dapat ditentukan untuk diterima atau ditolak.

    e. Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sebagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada kesimpulan.

                Menurut Dewey, langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut.

    a. kesadaran akan adanya masalah

    b. Merumuskan masalah.

    c. Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis

    d. Menguji hipotesis-hipotesis itu.

    e. Menerima hipotesis yang benar.

                    Setiap pemecahan masalah memerlukan taraf berpikir. Ini membuktikan bahwa taraf berpikir itu sendiri bermacam-macam, yaitu taraf berpikir pengetahuan, komprehensif, aplikasi, analitis, dan sintesis, serta evaluasi. 

    8. Belajar ketrampilan Motorik (Motor Skill)

            Orang yang memiliki suatu ketrampilan motorik, mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu. Ketrampilan semacam ini disebut "motorik", karena otot, urat dan persendian terlihat secara langsung, sehingga ketrampilan sungguh-sunggu berakar dalam kejasmanian. Ciri khas dari ketrampilan motorik adalah "otomatisme", yaitu rangkaian gerak-gerik berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel, tanpa dibutuhkan banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti urutan gerak-gerik tertentu. Misalnya, seorang supir sudah menguasai ketrampilan mengendarai kendaraannya sedemikian rupa, sehingga konsentrasinya tidak selurunya termakan oleh penanganan peralatan lalu-lintas dijalan.

        Dalam kehidupan manusia, ketrampilan motorik memegang peranan sangat pokok. seorang anak kecil sudah harus menguasai berbagai ketrampilan motorik, seperti mengenakan pakaiannya sendiri, mempergunakan alat-alat makan, mengucapkan bunyi-bunyi yang berarti, sehingga dapat berkomunikasi dengan saudara-saudara, dan sebagainya. Pada waktu masuk sekolah dasar, anak memperoleh ketrampilan-ketrampilan baru, seperti menulis dengan memegang alat tulis dan membuat gambar-gambar; ketrampilan-ketrampilan ini menjadi bekal dalam perkembangan kognitifnya. Sewaktu anak disekolah menengah, dia masih mendapat pelajaran mengembangkan ketrampilan motorik, seperti berolahraga. Banyak pula tersedia kursus yang mengajarkan berbagai ketrampilan motorik, seperti mengendarai mobil, mengetik, menjahit, dan sebagainya.

    9. Belajar Estetis 

            Bentuk belajar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan dalam berbagai bidang kesenian. Belajar ini mencakup fakta, seperti nama Mozart sebagai penggubah musik klasik; konsep-konsep, seperti ritme, tema dan komposisi; relasi-relasi, seperti hubungan antara warna dan isi; struktur-struktur, seperti sistematika warna dan aliran-aliran dalam seni lukis; metode-metode, seperti menilai mutu dan originalitaas suatu karya seni.

    Komentar

    Subscribe Our Newsletter