Featured Post
Teori belajar Bruner
Jerome Bruner (1966) Menandai perkembangan kognitif manusia
sebagai berikut :
a. Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan
dalam menanggapi suatu rangsangan
b. Peningkatan pengetahuan tergantung ada perkembangan
sistem penyimpanan informasi secara realis
c. Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan
berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang
tentang apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini
berhubungan dengan kepercayaan pada diri sendiri.
d. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau
orang tua dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya.
e. Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena baasa
merupakan alat komunikasi antara manusia. Untuk memaami konsep-konsep yang ada
diperlukan bahasa. Bahasa diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu konsep
kepada orang lain.
f. Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternatif secara simultan, memilih tindakan yang tepat,dapat memberikan prioritas yang berurutan dalam berbagai situasi.
Dalam memandang proses belajar, Brener menekankan adanya
pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang.Dengan teorinya yang
disebut free discovery learning, ia
mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Jika
piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif sangat berpengaruh terhadap
perkembangan bahasa seseorang, maka Bruner menyatakan bahwa perkembangan bahasa
besar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif.
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi
melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu : enactive,iconic, dan symbolic.
1) Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas
dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami
dunia anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan,
sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
2) Tahap ikonik, seseorang memahami objek-objek atau
dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam
memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan
perbandingan (komparasi).
3) tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide
atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam
berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui
simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya. Komunikasinya
dilakukan dengan menggunakan banyak sistem simbol. Semain matang seseorang
dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya . Meskipun begitu
tidak berarti ia tidak lagi menggunakan sistem enaktif dan ikonik. Penggunaan
media dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih di
perlukannya sistem enaktif dan ikonik dalam proses belajar.
Menurut
Bruner, perkembangan kognitif seseorang dapat di tingkatkan dengan cara
menyusun materi pelajaran dan menyajikan sesuai dengan tahap perkembangan
orang tersebut. Gagasannya mengenai kurikulum
spiral ( a spiral kurikulum) sebagai
suatu cara mengorganisasikan materi pelajaran tingkat makro, menunjukkan cara
mengurutkan materi pelajaran mulai dari mengajarkan materi secara umum,
kemudian secara berkala kembali mengajarkan mteri yang sama dalam cakupan yang
lebih rinci. Pendekatan penataan materi dari umum ke rinci yang dikemukakan
dalam model kurikulum spiral merupakan bentuk penyesuaian antara materi yang
dipelajari dengan tahap perkembangan kognitif orang yang belajar.
Demikian
juga model pemahaman konsep dari Bruner ( dalam Degeng, 1989), menjelaskan
bahwa embentukan konspe dan pemahaman konsep merupaakn dua kegiatan
mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula.
Seluruh kegiatan yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Seluruh
kegiatan mengkategori meliput mengidentifikasi dan menempatkan contoh-contoh
(objek-objek atau peristiwa- peristiwa) ke dalam kelas dengan menggunakan dasar
kriteria tertentu. Dalam pemahaman konsep, konsep-konsep sudah ada sebelumnya.
sedangkan dalam pembentukan konsep adalah sebaliknya , yaitu tindakan untuk
membentuk kategori-kategori baru. Jadi merupakan tindakan penemuan konsep.
Menurut
Bruner, kegiatan mengkategori memiliki dua komponen yaitu ; 1) tindakan
pembentukan konsep, dan 2) tindakan pemahaman konsep. Artinya, langkah pertama
adalah pembentukan konsep, kemudian baru pemahaman konsep. Perbedaan antara
keduanya adalah:
1) Tujuan dan tekanan dari kedua bentuk perilaku
mengkategori ini berbeda.
2) Langkah-langkah dari kedua proses berpikir tidak sama.
3) Kedua proses mental membutuhkan strategi mengajar yang
berbeda.
Bruner
memandang bahwa suatu konsep memiliki 5 unsur, dan seseorang dikatakan memahami
suatu konsep apabila ia mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi :
1) Nama
2) Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif
3) Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak
4) rentangan karakteristik
5) kaidah.
Menurut
Bruner, pembelajaran yang selama ini diberikandi sekolah lebih banyak
menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang mengembangkan kemampuan
berpikir intuitif. Padahal berpikir intuitif sangat penting baigi mereka yang
menggeluti bidang matematika, biologi, fisika, dan sebagainya, sebab setiap
disiplin mempunyai konsep-kosep, prinsip, dan prosedur yang harus dipahami
sebelum seseorang dapat belajar. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami
konsep,a rti, dan hubungan, melalui proses intiutif untuk akhirnya sampai
keapda suatu kesimpulan ( discovery
learning)
Komentar
Posting Komentar