-->
  • Featured Post

    Sedikit tentang Multiple Intelligence

    Multiple Intelligence merupakan sebuah teori yang digagas oleh Dr. Howard Gardner dan rekan-rekannya di Harvard University. Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang bernilai budaya. Ia mengatakan bahwa psikologi dan pendidik…

    Seni Komunikasi Berbicara #4

     

    BERATNYA UCAPAN DITENTUKAN OLEH DALAMNYA ISI

    BAB IV

     

    Semua Orang Memiliki Titik Start yang Sama

     

    Cara Bicara Pembawa Acara level Nasional

    Setiap orang Korea pasti akan teringat Yoo Jae Suk jika mendengar kata MC atau pembawa acara. Ia mampu memukau mata banyak penonton dengan kelihaian dalam membawakan program hiburan. Dari programnya saja, kita bisa tahu mengapa ia bisa menjadi pembawa acara terbaik di Korea.Berbeda dengan pembawa acara lainnya, kelebihannya adalah bisa membuat bintang tamu merasa nyaman. Ia tidak pernah berdiri di depan lalu banyak bicara. Kemampuannya sangat luar biasa dalam berkata seperlunya di waktu dan tempat yang tepat. Ditambah lagi, suaranya yang agak tinggi sangat cocok dengan program hiburan. Suara tinggi lebih cocok daripada suara rendah dalam siaran yang dinamis dan penuh canda tawa. Oleh karena itu, suaranya enak didengar. DJ radio sekaligus narator Jepang, Aso Kentaro berkata,

    “ Suaranya yang enak didengar adalah memesona. Suara seperti ini tidak berhubungan sama swkali dengan titian nada. Baik parau ataupun bernada sangat tinggi, Jika suara itu memiliki daya tarik khusus, orang-orang dengan sendirinya mendengarkan ucapannya.”

    Itulah rahasia kehebatan pembawa acara Yoo Jae Suk dalam berbicara, “komunikatif”. Ia bisa menjadi pembawa cara terbaik dengan komunikasi yang baik. Ia memiliki sepuluh aturan komunikasi yang dibuatnya berdasarkan pengalaman-pengalamannya di dunia siaran. Ini merupakan pengetahuan umum bagi mereka yang tertarik dengan speaking dan komunikasi.

    Sepuluh Aturan Komunikasi.

    1. Kata-kata yang tidak bisa diucapkan di “depan”, jangan dikatakan di “belakang”. Gunjingan sangatlah buruk.

    2. Memonopoli pembicaraan akan memperbanyak musuh, sedikit berbicara dan perbanyak mendengar. Semakin banyak mendengar akan semakin baik.

    3. Semakin tinggi intonasi suara, makna dari ucapan akan semakin terdistorsi. Jangan mengebu-gebu. Suara yang rendah justru memiliki gaya.

    4. Berkata yang menenangkan hati, bukan sekadar enak didengar.

    5. Katakan yang ingin didengar lawan bicara, bukan yang ingin diutarakan. Berbicara yang mudah dimengerti, bukan yang mudah diucapkan

    6. Berbicara dengan menutupi aib dan saling memuji

    7. Berbicara hal-hal yang menyenangkan, bukan yang menyebalkan.

    8. Jangan hanya berkata dengan lidah, tetapi juga dengan mata dan ekspresi. Unsur non-

    9. Tiga puluh detik dibibir sama dengan tiga puluh tahin di hati. Sepatah kata yang kita ucapkan mungkin saja akan mengubah kehidupan seseorang.

    10. Kita mengendalikan lidah, tapi ucapan yang keluar akan mengendalikan kita. Jangan berbicara sembarangan dan bertanggung jawablah terhadap apa yang sudah Anda ucapkan

    Kita akan tersadar bahwa ia benar-benar pakar komunikasi. Kita juga bisa mengetahui alasan kesuksesannya dalam berbicara.

     

    Kemampuan Bicara Bukanlah Bawaan Lahir

    Kemampuan bicara seseorang sebagian besar ditentukan saat masih kecil. Jadi bukan bawaan lahir sejak dalam kandungan ibu. Sehingga, pengaruh apa yang diperoleh dari orangtua saat masih kecil sangatlah penting. Orang yang pandai berbicara bisa dibilang mendapat pengaruh yang baik dari orangtuanya. Orangtua yang memberi pengaruh baik pada anaknya membiasakan diri berbicara yang baik untuk diteladani. Mereka mengajarkan dengan telaten berbagai bentuk ungkapan dan mendorong anaknya agar bisa menyampaikan idenya dengan tepat.

    “saat berbicara, tatap mata lawan bicara”

    “Saat berbicara, selalu pikirkan posisi lawan bicara”.

    “Lawan bicara tidak akan mengerti bila kita berbicara terlalu cepat. Karena itu, pelan-pelan saja.”

    Sebaliknya, orangtua yang tidak bisa berbicara dengan baik memberi pengaruh buruk pada anaknya. Ia berbicara terbata-bata, berbicara sekenanya kepada lawan bicara, dan tidak bisa mengungkapkan sesuatu dengan tepat.

    Ketidakcakapan mereka dalam bicara yang terbentuk sejak kecil dapat dikatakan menjadi batu sandungan dalam kehidupan sosial mereka. Satu hal yang selalu saya tekankan kepada mereka. Tidak ada orang yang terlahir mahir berbicara. Saya juga menjelaskan bahwa kemampuan berbicara ditentukan oleh lingkungan keluarga saat ia tumbuh. Sehingga penyebab seseorang tidak bisa berbicara dengan baik adalah dari kebiasaan buruk, yang harus diatasi dengan membuangnya.

    Semua orang memiliki titik awal yang sama dalam berbicara. Ada yang mau maju lebih dulu dan ada yang tertinggal di belakang. Namun, jangan lupa bahwa urutan bisa berubah dengan usaha dan membuang kebiasaan, sebagaimana Yoo Jae Suk.

     

    Seperti Artis Drama Musikal

     

    Pidato Presiden Seperti Pertunjukan

    “Jika masih ada yang ragu bahwa Amerika adalah negara dengan kemungkinan tak terbatas, jika masih ada yang bertanya apakah impian para leluhur masih hidup di zaman kita, jika masih ada yang mempertanyakan kekuatan demokrasi, maka malam ini adalah jawaban atas pertanyaan anda semua.”

    Pidato Barack Obama di hadapan para pendukungnya setelah ia memenangkan pemilu presiden pada 2008. Menurut Jason Tamszewski dari Education World, pidato ini dapat dimasukkan kedalam tiga pidato presiden yang bersejarah bagi Amerika. Pertama, pidato perpisahan George Washington dan Kedua, Pidato Gettysburg Abraham Lincoln. Obama memiliki kemampuan orasi yang ulung.

    Pidatonya tidak pernah dibawakan dengan intonasi yang sama. Bagaikan pertunjukan musikal, ia memulai dengan penuh irama hingga klimaks, lalau menuju kesimpulan dengan tenang. Sama sekali tidak terasa membosankan meskipun mendengarkannya sambil menutup mata. Dari suaranya saja, ia seperti artis musikal yang sedang mengguncang panggung.

    Dengan suara baritonnya, ia berbicara dengan nada lemah kadang nada kuat, kadang lambat dan kadang cepat. Ia juga menyesuaikan emosinya saat berbicara dengan isi perkataannya. Gesture dan tatapannya yang luas cukup membawa audiens ke dalam lautan perasaan.

    Ada dua contoh yang menunjukkan bahwa ucapan tidak sekedar dimulut saja. Ia menunjukkan bahwa ucapan bisa menjadi musikal yang meleburkan akting dengan lagu. Pertama pidatonya menanggapi peristiwa penembakan di Tucson, Arizona pada 2011. Pidato ini dikenal sebagai ‘51 seconds of silence’.

    “saya ingin demokrasi kita sebaik yang dibayangkan oleh Christina. Kita semua, harus mengupayakan yang terbaik untuk membuat negeri ini seperti yang diharapkan anak-anak kita.”

    Setelah mengatakan ini, ia diam selama 51 detik. Ia melihat ke arah kanannya, lalu ia menarik napas panjang dan mulai mengerjap-ngerjapakan matanya. Ia lebih memilih diam dari pada mengungkapkan perasaannya dengan sebuah kalimat. Yang mengejutkan, kehangatan pun menjalar dari kursi penonton pada saat ia diam. Setelah 51 detik yang mengharukan itu, ia meneruskan kembali ucapannya.

    Pandangan Amerika tentang pidatonya tersebut seperti berikut.

    “Pidato emosional presiden Obama telah meredakan luka rakyat Amerika.”

    Sebuah Ucapan Terdengar Berbeda dari Iramanya

    Apa perbedaan drama biasa dan drama musikal? Keduanya sama-sama pertunjukan akting di atas panggung, tapi drama musikal memiliki sesuatu yang tidak ada dalam drama biasa, yakni lagu (irama). Lagu yang hidup lebih menarik untuk didengar daripada sekadar dialog yang panjang dan datar. Karena itu, banyak penonton yang berbondong-bondong menyaksikan drama musikal. Jadi bukankah seharusnya unsur sepenting irama yang begitu kuat bisa menarik penonton dapat diterapkan dalam pidato, seperti Barack Obama? Apa yang harus dilakukan untuk menghadirkan irama dalam berbicara? Ada empat unsur yang diperlukan: volume, kecepatan, intonasi, dan jeda. Jika keempat hal ini diterapkan dengan tepat di saat yang tepat maka Anda bisa berbicara layaknya seorang  artis musikal. Mari kita lihat lebih jelas keempat unsur tersebut.

    Volume

    Suara yang terlalu kecil tidak akan berdampak apa-apa. Meskipun demikian, suara keras juga bukan solusinya. Besarnya suara harus dijaga agar pesan sampai dengan baik kepada audiens. Menyesuaikan volume suara dengan suasana dan konten omongan adalah kunci pertama untuk menciptakan irama.

    Kecepatan

    Umumnya kecepatan bicara yang pas ketika berhadapan dengan audiens adalah 200-300 kata per menit. Namun, seorang pemula akan lebih mudah gugup sehingga memuntahkan segalanya dalam satu waktu. Kalau sudah begini, jumlah dan tingkat pemahaman audiens pun menurun. Untuk memperlambat kecepatan bicara, bibir harus digerakan ke atas dan ke bawah. Anda bisa menggunakan lagu ‘Wi Arae’ dari EXID yang disebutkan di depan.

    biasanya Anda akan berbicara lebih cepat saat mengungkapkan semangat, kegembiraan, atau kemarahan, dan lebih lambat saat menunjukkan ketenangan, kesedihan, atau merasa kehilangan. Untuk mengontrol kecepatan bicara, Anda dapat mendengarkan rekaman suara Anda sendiri dan memperbaikinya.

    • Bapak-Ibu sekalian, gunakanlah hak pilih Anda yang berharga (cepat)
    • Ubahlah hidup Anda dengan ucapan yang bermanfaat (cepat)
    • Saya merasa sedih jika mengingat peristiwa kapal sewol. (lambat)
    • Musim gugur, musimnya buku dan refleksi diri, telah tiba. (lambat)

    Intonasi

    Mengubah intonasi suara setiap saat dapat meningkatkan konsentrasi audiens. Ucapan yang tidak berintonasi hanya akan terdengar seperti lagu pengantar tidur karena begitu monoton. Saat menekankan sesuatu, intonasi suara harus tinggi. Perhatikan contoh kalimat berikut.

    “Saya tidak pernah berkata bahwa kebijakan Walikota itu tidak berguna.”

    Jika penekanan dikata ‘saya’, artinya orang lainlah yang mengatakan hal tersebut. Bila yang ditekankan kata ‘tidak’ itu berarti bukan yang saya ucapkan dan bila kata ‘kebijakan’ yang ditekankan maka artinya yang dimaksud tidak berguna adalah hal lain. Dengan kata lain, makna ucapan bisa berbeda tergantung letak penekannya.

    Jeda (pause)

    Kita dapat lebih menekankan makna ucapan lewat jeda di depan kata atau kalimat. Sebagai contoh, “Untuk rakyat, (jeda), dari rakyat, (jeda) pemerintahan rakyat tidak akan pernah hilang dari muka bumi ini”. Begitu pula dengan ‘keheningan 51 detik’ yang dilakukan Obama. Jeda membuat makna ucapannya tersampaikan lebih kuat.

     

    Berhasil dengan Membuat Penasaran

    Hidup adalah Empat Bola Kaca dan Sebuah Bola Karet

    “Jika ingin pandai berpidato, perbanyak riset dan rangsang rasa penasaran.”

    Begitulah ungkapan ahli pemasaran Coca Cola, Steve Soltes dan Luke Boggs. Mereka mengatakan agar selalu mendengarkan pidato yang bagus, menganalisisnya, dan berpidato dengan imajinatif agar selalu terkenang dikepala audiens. Mereka juga mengatakan agar memberikan informasi yang belum pernah didengar sama sekali oleh audiens untuk menarik perhatian mereka.

    Namun, seperti apa pidato yang baik yang mereka maksud? Mari kita lihat pidato mantan CEO Coca Cola, Brian G. Dyson dalam acara wisuda ke 172 di George Institute of Technology.

    “Hidup ini ibarat lima buah bola yang melayang diudara. Kelima bola itu kita namakan pekerjaan, keluarga, kesehatan, teman, nyawa yang semuanya melayang di udara. Sebentar lagi kalian akan mengenal bola karet bernama pekerjaan. Jika jatuh, bola ini akan langsung melambung lagi keatas. Namun, keempat bola lainnya, yaitu keluarga, kesehatan, teman, dan nyawa terbuat dari kaca. Yang jika salah satunya jatuh maka akan pecah, tergores, meninggalkan parut, tidak bisa lagi dipakai, atau bahkan hancur berkeping-keping. Tidak akan sama lagi seperti sebelumnya. Maka sadarilah itu dan berusahalah untuk menjaga keseimbangan dalam hidup kalian.”

    Sungguh pidato segar yang memancing rasa penasaran. Ia menganalogikan hidup ini seperti pertunjukkan sulap dengan lima buah bola yang melayang di udara. Mendengar kalimat ini, audiens langsung membayangkan lima buah bola yang tengah melayang di udara. Mereka pun jadi penasaran dengan kelanjutan kalimat tersebut, sementara orang yang berpidato memperoleh kepercayaan diri dari sorot mata  penasaran audiens dan bisa melanjutkan pidatonya dengan penuh semangat.

    Lalu muncul lagi ucapan diluar dugaan. Kali ini tentang pekerjaan. Banyak orang bekerja keras supaya sukes. Bahkan mereka menganggap bahwa bekerja menempati nilai tertinggi dalam hidup. Namun, ia justru mengatakan bahwa pekerjaan adalah bola karet yang dapat memantul kembali keatas setelah jatuh, sedangkan keluarga, kesehatan, teman, dan nyawa merupakan bola kaca yang akan hancur berkeping-keping dan musnah jika jatuh sekali saja. Sesudah bercerita sebanyak tiga paragraf, barulah ia menyampaikan pesan sebenarnya.

    “Bagaimana? Jangan rusak nilai diri anda sendiri dengan membandingkan diri dengan orang lain. Sebab kita semua berbeda dan memiliki keunikan masing-masing. Bila Anda sudah mempunyai tujuan, jangan ikuti apa yang menurut orang lain lebih penting. Hanya Anda yang tahu apa yang terbaik untuk diri Anda.”

    Seperti yang Anda lihat, pesan ini sangat kaku dan datar. Jika ia menyampaikan pesan ini di depan, tidakkah pidatonya akan gagal?

    Belakangan ini banyak program pidato di TV, misalnya, ‘speech 100 C’, di KBS1, ‘Knowledge Sharing Concert-I Love people’ di SBS, “ Star Special Lecture Show’ di tvN, dan ‘The Only One Lecture in The World’ di MBC every 1. Apa yang membuat acara-acara ini popular di kalangan pemirsa?

    Sederhana, karena acara ini mengenalkan kisah yang baru dan menarik, yang sama sekali berbeda dengan kisah-kisah yang sudah umum dan lama. Penonton ingin memperoleh jawaban atas rasa penasaran mereka terhadap penulis dan kisahnya yang tidak dapat diperoleh lewat buku sekalipun. Sang pembicara pun menyampaikan kisahnya dengan hidup untuk menjawab rasa penasaran para penonton.

    Kita ambil contoh para penampil di acara ‘Speech 100 C’  KBS1. Kehidupan mereka masing-masing adalah kisah yang baru. Nenek yang mendaftar ujian kemampuan akademik, mahasiswa Seoul University yang mendonorkan hatinya untuk transplantasi ayahnya saat kelas 3 SMA, chef Choi Hyun Suk yang menunjukkan kepeduliannya lewat  masakan, drummer Kim Tae Hyun yang baru berusia 14 tahun, dan masih banyak lagi.

    Di antara kisah-kisah tersebut, ada pula yang berantakan dan tidak rapi. Sangat berbeda jauh dengan yang tersusun. Meskipun demikian, para penonton sama sekali tidak merasa keberatan atau terganggu saat mendengarkan mereka. Mereka telah terbuai oleh kisah yang disampaikan para pembicara. Mereka terus menyaksikan dengan rasa penasaran tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Dengan menceritakan kehidupan mereka secara apa adanya, para pembicara acara ‘ Speech 100 C’ mampu memancing rasa penasaran penonton secara alamiah.

    Setiap Orang Akan Berkonsentrasi pada Cerita Baru

    Ada banyak pidato yang mengesankan, tetapi rata-rata pesan di dalamnya hampir sama. Tentang nilai-nilai universal seperti cinta, dedikasi, nasionalisme, pengorbanan, dan kedamaian. hal-hal seperti ini akan menjadi sangat membosankan bila hanya disebutkan begitu saja. Namun, jika menggunakan bahasa Anda sendiri secara variatif, rasa penasaran audiens akan selalu terpancing dengan sendirinya.

    Lalu bagaimana cara bicara yang membangkitkan rasa penasaran ? Dibutuhkan proses persiapan yang detail. Proses mengumpulkan banyak bahan omongan yang dapat memancing rasa penasaran. Ada dua hal yang diperlukan.

    Pertama, Anda harus memupuk kemampuan observasi yang tajam terhadap dunia dan benda di sekitar Anda. Hal-hal yang sebelumnya tidak terlihat akan mulai tampak di mata bila Anda mulai memerhatikan sekitar dengan cermat dan hati-hati. Arti benda-benda tersebut pun akan mengena dihati. Perasaan yang Anda peroleh melalui pengalaman langsung adalah harta berharga yang tidak dapat ditemukan di buku, televisi, atau koran. Mengambil referensi dari kisah Anda sendiri akan cukup memancing rasa penasaran audiens.

    Lalu, biasakan untuk membaca koran setiap hari, saat membaca koran, Anda akan menemukan informasi yang menurut Anda dapat dipakai sebagai bahan saat berbicara. Masalahnya, dunia cepat sekali berubah dan informasi pun secepat kilat tersampaikan kepada publik. Berita  yang kita ikut dengan seksama sering kali sudah dibicarakan di tempat lain. Contohnya, kalimat pembuka dalam program radio. Jadi, Anda menyiapkan materi omongan yang selalu segar. Jika ada bahan yang sudah dipakai oleh orang lain maka singkirkan dan jangan dibahas lagi. Audiens akan menegakkan telinga saat ada kisa yang belum pernah didengar oleh siapa pun.

     

    Jika Ada yang Bertanya Tentang Pekerjaan Saya

     

    Menjadi Orang yang Menyenangkan dengan Ucapan

    “Satu pekerjaan saja sudah sulit, bagaimana bisa mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus?”

    Inilah jawaban saya untuk pertanyaan tersebut :

    “Lihat saya. Saya mulai menjadi reporter saat SMA, lalu sekarang saya menjadi pengisi suara, pembawa acara, dan penyanyi. Di berbagai bidang kemampuan saya berhasil diakui, padahal diakui di satu bidang saja sudah cukup sulit. Saya mempunyai suara yang bagus sebagai modal dasar, dan dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan sesuai permintaan bisnis. Jika Anda memiliki ketulusan dan semangat belajar tanpa henti untuk hal baru, Anda bisa mengasah kemampuan di berbagai bidang. Jadilah pribadi yang dapat menyajikan berbagai olahan baik sebagai pengisi suara, reporter, ataupun pembawa acara.”

    Saya memulai karier dengan menjadi reporter siaran lokal ketika masih SMA. Setelah mengikuti kuliah, saya meniti jalan tersebut. Saya lebih mengisi suara film dokumenter, seperti kampanye “Menikah di usia 20 Tahun: yang di selenggarakan kementrian Perempuan dan Keluarga, juga film yang ditayangkan di Hongkong film mart, Shanghai film festival atau cannes MIPTV. Saat itulah saya bertemu dengan Ban Han Seong dan berteman baik hingga sekarang. Mereka yang melihat keluwesan saya dalam bergaul tidak membiarkan saya berhenti hanya menjadi pengisi suara. Beberapa kali mereka menyuruh saya menjadi pembawa acara.

    Saya tidak langsung menerima saran mereka karena dulu saya tidak berani jika berdiri dihadapan orang banyak. Lalu saya berpikir matang-matang selama beberapa waktu. Saya melihat ternyata masih banyak potensi di dalam diri saya yang masih belum digali. Penyanyi Yoo Hee Yeol yang kini menjadi pembawa acara berbakat pun mengaku awalnya ia merasa pekerjaan tersebut tidak cocok dengan dirinya yang pendiam, Lalu ia pun mencoba bidang yang baru dikenalnya itu, dan terus berlanjut hingga sekarang. Ia merasa pilihannya menjadi pembawa acara adalah langkah yang tepat. Setelah melakukan perenungan yang mendalam dan mengingat tentang Yoo Hee Yeol, akhirnya saya pun menerima saran untuk menjadi pembawa acara.

    “Saya baru akan tahu apakah saya bisa atau tidak menjadi pembawa acara setelah mencobanya. Jika tidak mendapat penilaian yang baik, saya tinggal berhenti saat itu juga. Namun, terlebih dahulu saya harus mengerahkan seluruh energi saya untuk mencoba menjadi pembawa acara.”

    Bermula dari acara kecil, saya mulai menjalani hidup sebagai seorang pembawa acara. Walaupun banyak kesalahan-kesalahan kecil yang saya lakukan, tetapi secara keseluruhan saya mendapat penilaian yang baik. Acara besar yang pernah saya bawakan di antaranya adalah sebagai berikut : Perayaan Akbar Kemerdekaan 15 Agustus, Parade Budaya Nasional, Peringatan 1 Maret, dst.

    Beberapa waktu lalu, saya juga mengeluarkan album rekaman. Sekarang, saya bingung jika ada yang bertanya tentang apa pekerjaan saya, karena saya bisa menjadi reporter, pengisi suara, pembawa acara, penyanyi, dan sekarang aktif sebagai voice trainer dan juga dosen. Banyaknya jenis pekerjaan tersebut membuat saya mengenalkan kata “voicetainer’. Artinya, dengan modal suara yang bagus Anda bisa mengasah kemampuan dengan baik di berbagai bidang yang dibutuhkan. Saya mendapat penilaian yang baik diberbagai bidang.

    Bisakah Kita Sukses Hanya dengan Menggali Satu Sumur ?

    Biasanya orang menyebut kalau orang sukses adalah orang yang menggali satu sumur. Di masa lalu, kalimat ini mungkin benar, tapi dimasa sekarang ketika segalanya cepat sekali berubah dan situasinya telah berbeda. Masyarakat tidak lagi bisa menerima orang yang hanya menguasai satu bidang saja. Anda harus bisa menyajikan beragam olahan di berbagai bidang. Anda bisa melihatnya pada tokoh-tokoh terkenal.

    Kita bisa melihat Ahn Cheol Soo sebagai contoh. Ia adalah seorang dokter, pengembang vaksin, pengusaha, penulis dan dosen. Beberapa waktu lalu, ia pun memasuki dunia politik dengan berpijak pada kesuksesannya selama ini. Dalam sebuah kesempatan, ia pernah berbicara seperti ini.

    “Sekarang ini, dunia tidak lagi membutuhkan orang yang hanya mahir pada satu bidang. Kini saatnya kita beralih dari manusia dengan T- shaped skill ala Toyota menjadi manusia dengan A-Shaped skill.”

     Manusia dengan T-shaped skill tidak hanya mendalami satu bidang, tetapi juga memiliki pengetahuan di bidang lain. Mereka memang memiliki keahlian mendalam pada bidangnya, tetapi diiringi juga dengan pengetahuan pada bidang-bidang lain yang terkait. Ahn Cheol Soo merasa kemampuan ini saja tidak cukup, perlu ditambah dengan kemampuan komunikasi yang ia sebut dengan A-shaped skill.  Dengan melihat Ahn Cheol Soo yang baru-baru ini ikut serta dalam pemilu, kita bisa mengetahui satu hal. Seorang calon pemimpin harus menjadi multitainer yang paham mengenai segala hal.

    Bagaimana dengan chef Choi Hyun Suk yang belakangan ini sedang naik daun ? pada dasarnya, ia adalah seorang juru masak yang luar biasa. Ditambah lagi, ia memiliki sesuatu yang tidak dipunyai chef lainnya, yakni pertunjukan menghibur. Anda akan tersenyum sendiri saat melihatnya menaburkanlada dan garam dengan gerakan badan yang berlebihan dan tidak biasa. Ia menambahkan “rasa” pada masakannya. Konsumen menjadi tertarik untuk mencicipi masakannya karena melihat aksinya. Oleh karena itu, ia pun dijuluki sebagai “chef-tainer”.

    Di bidang suara, ada pengisi suara Bae Han Sung. Sebenarnya beliau bermimpi untuk menjadi aktor, tetapi kemudian menyerah karena tinggi badannya kurang dan tampangnya biasa saja. Ia lalu meniti jalan sebagai pengisi suara sehingga ia bisa menunjukkan talenta suaranya. Suaranya bersinar. Orang-orang menyebutnya sebagai tokoh “seribu suara”. Namun, ia tidak berhenti hanya menjadi pengisi suara. Ia memiliki segudang aktivitas lain, mulai dari DJ, pembawa acara, aktor, pelatih, kolumnis, hingga dosen. Dengan demikian, ia tidak hanya aktif pada pekerjaan utamanya sebagai pengisi suara, tetapi juga menekuni ke berbagai bidang. Semakin lebar brand image personal yang anda bangun, semakin lama anda bertahan.

    “Mungkin anda menyebut saya ambisius karena aktif di berbagai bidang, tetapi ini adalah tuntutan zaman. Jika kita tidak berubah di zaman yang serba berubah ini, tidak ada gunanya kita menyalahkan dunia. Seorang pekerja lepas harus bisa fleksibel mengubah pekerjaan utamanya menjadi pekerjaan sampingan.”

    Pertama, gali sedalam mungkin pada satu bidang. Namun, jangan langsung merasa puas dan nyaman satu bidang tersebut. Jadikan bidang tersebut sebagai dasar untuk memperluas aktivitas di bidang-bidang  yang berhubungan. Dengan demikian, Anda akan mampu menyajikan berbagai hidangan kepada konsumen yang memanggil Anda sehingga mereka tidak bosan.

    Karya Sastra Adalah Harta Terbaik

    Dalamnya Ucapan berasal dari Membaca

    “Saya ada hari ini karena membaca. Saya ingin memberikan hiburan dan cinta yang pernah saya terima kepada orang-orang melalui buku. Buku mengajarkan saya bahwa hidup ini memilki harapan. Dengan membaca, saya tahu bahwa di dunia ini banyak juga orang yang keadaannya sama dengan saya. Buku memperlihatkan kepada saya tentang orang-orang sukses dan mereka bisa mewujudkan impian mereka.”

    Kalimat diatas merupakan ucapan Oprah Winfrey. Ia berhasil keluar dari krisis masa remajanya yang kedinginan dan kelaparan karena membaca. Oprah Winfrey yang hampir saja meniti jalan menyimpang seperti teman-teman sebayanya di perkampungan kumuh. Tekadnya untuk keluar dari kesengsaraan muncul setelah membaca buku tentang kehidupan keras yang dialami seorang wanita kulit hitam. Saking cintanya terhadap buku, ia tidak hanya memperkenalkan melalui talkshow. Bahkan ia membuat sebuah klub buku.  

     

    Sumber :

        Oh Su Hyang. Januari 2021. The secret habits to master your art of speaking "Bicara itu ada Seninya" Rahasia Komunikasi yang efektif. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia. Jakarta. 

     

    Komentar

    Subscribe Our Newsletter