-->
  • Featured Post

    Sedikit tentang Multiple Intelligence

    Multiple Intelligence merupakan sebuah teori yang digagas oleh Dr. Howard Gardner dan rekan-rekannya di Harvard University. Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang bernilai budaya. Ia mengatakan bahwa psikologi dan pendidik…

    Psikologi Belajar : Konsep Dasar Belajar

     A. Pengertian Belajar

     Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi dan pendidik mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing. Tentu saja mereka mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

    James O. Whittaker, misalnya, merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

     Cronbach berpendapat bahwa, belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

     Howard L. Kingskey mengatakan bahwa, belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Sedangkan Geoch merumuskan  learning is change is performance as a result of practice.

    Drs. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

     

    Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan yang didapatkan itu bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan yang baru. Dengan demikian, maka perubahan fisik akibat sengatan serangga, patah tangan, patah kaki dan sebagainya bukanlah termasuk perubahan akibat belajar. Oleh karenanya, perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan jiwa yang mempengaruhi tingkah laku seseorang.

    Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

     

    B. Hakikat Belajar

    Seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan di akhir dari aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pemilikan pengalaman baru, maka individu dikatakan telah belajar. Tetapi perlu di ingatkan, bahwa perubahan yang terjadi akibat belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku. Sedakan perubahan tingkah laku akibat mabuk karena meminum minuman keras, akibat gila, akibat tabrakan, dan sebagainya, bukanlah kategori belajar dimaksud.

    Akhrinya, dapat disimpulkan bahwa hakikat belajar adalah perubahan dan tidak setiap perubahan adalah sebagai hasil belajar.

     

     

    A. Ciri-ciri Belajar

    Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan kedalam ciri-ciri belajar.

     1. Perubahan yang Terjadi Secara Sadar

    2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

    3. Perubahan dalam Belajar bersifat Positif dan Aktif

    4. Perubahan dalam Belajar Bukan bersifat Sementara

    5. Perubahan dalam Belajar Bertujuan atau Terarah

    6. Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku

     

     

    B. Teori-Teori Belajar

    Untuk mengetahui teori-teori belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli, akan dikemukakan dalam pembahasan berikut.

     1. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya

    Ahli-ahli ilmu jiwa daya mengemukakan suatu teori bahwa jiwa manusia mempunyai daya-daya. Daya-daya ini adalah kekuatan yang tersedia. Manusia hanya memanfaatkan semua daya itu dengan melatihnya sehingga ketajamannya dirasakan ketika dipergunakan untuk sesuatu hal. Daya-daya itu misalnya daya mengenal, daya mengingat, daya berpikir, daya fantasi, dan sebagainya.

     Akibat dari teori ini, maka belajar hanyalah melatih semua daya itu. Untuk melatih daya ingat seseorang harus melakukannya dengan cara menghafal kata-kata atau angka, istilah-istilah asing, dan sebagainya.

     Oleh karena itu, menurut para ahli ilmu jiwa daya, bila ingin berhasil dalam belajar, latihlah semua daya yang ada di dalam diri.

     2. Teori Tanggapan

    Teori tanggapan adalah suatu teori belajar yang menentang teori belajar yang dikemukakan oleh ilmu jiwa daya. Menurut teori tanggapan belajar adalah memasukkan tanggapan sebanyak-banyaknya, berulang-ulang, dan sejelas-jelasnya. Banyak tanggapan berarti dikatakan pandai. Sedikit tanggapan berarti dikatakan kurang pandai. Maka orang pandai berarti orang yang banyak mempunyai tanggapan yang tersimpan dalam otaknya.

     Jika sejumlah tanggapan diartikan sebagai sejumlah kesan, maka belajar adalah memasukkan kesan-kesan kedalam otak dan menjadikan orang pandai. kesan dimaksud disini tentu berupa ilmu pengetahuan yang didapat setelah belajar.

     

    Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt

    Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian. Sebab keberadaan bagian-bagian itu didahului oleh keseluruhan. Misalnya seorang pengamat yang mengamati seseorang dari kejauhan. Orang yang jauh itu pada mulanya hanyalah satu titik hitam yang terlihat bergerak semakin dekat dengan si pengamat. Semakin dekat orang itu dengan si pengamat maka semakin jelas terlihat bagian-bagian atau unsur - unsur anggota tubuh orang tersebut.

    Dalam belajar, menurut teori Gestalt, yang terpenting adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan respons atau tanggapan yang tepat. Belajar yang terpenting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajar, tatapi mengerti atau memperoleh insight. Belajar dengan pengertian lebih dipentingkan daripada hanya memasukkan sejumlah kesan. Belajar dengan insight (pengertian) adalah sebagai berikut.

    a. Insight tergantung dari kemampuan dasar.

    b. Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan

    c. Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala aspek       yang perlu dapat diamati.

    d. Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit.

    e. Belajar dengan insight dapat diulangi

    f. Insight sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.

     

    Prinsip-prinsip belajar menurut teori Gestalt

    a. Belajar berdasar keseluruhan

    b. Belajar adalah suatu proses perkembangan

    c. Anak didik sebagai organisme keseluruhan

    d. Terjadi transfer

    e. Belajar adalah reorganisasi pengalaman

    f. Belajar harus dengan insight (pengertian)

    g. Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan.

    h. Belajar berlangsung terus-menerus.

     

    Teori Belajar dari R. Gagne

    Dalam masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi.

    a.  Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

    b. Belajar adalah pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi.

    Gagne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yang disebut  the domainds of learning, yaitu sebagai berikut.

    1. Ketrampilan motoris

    Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan, misalnya melempar bola, main tenis, mengemudi mobil, mengetuk huruf R.M. dan sebagainya.

    2. Informasi verbal

    Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar; dalam hal ini dapat dimengerti bahwa untuk mengatakan sesuatu itu perlu inteligensi.

    3. Kemampuan intelektual

    Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan simbol-simbol. kemampuan belajar dengan cara inilah yang disebut “kemampuan intelektual”.

    4. Strategi Kognitif

    Ini merupakan organisasi ketrampilan yang internal (internal organized skill) yang perlu untuk belajar mengingat dan berpikir. karena ditujukan ke dunia luar, dan tidak dapat dipelajari hanya dengan berbuat satu kali serta memerlukan perbaikan-perbaikan terus menerus.

    5. Sikap

    Kemampuan ini tak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan, tidak tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya domain yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar; tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik.

     

    Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi

    Teori asosiasi disebut juga teori sarbond. Sarbond singkatan dari Stimulus, Respons, dan Bond. Stimulus berarti rangsangan, respons berarti tanggapan, dan bond berarti dihubungkan. Rangsangan diciptakan untuk memunculkan tanggapan kemudian dihubungkan antara keduanya dan terjadilah asosiasi.

    Teori asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Penyatupaduan bagian-bagian melahirkan konsep keseluruhan. Misalnya, sepeda. Konsep sepeda diberikan untuk kendaraan roda dua tanpa mesin bermula dari sekumpulan bagian-bagian yang dirangkai menjadi satu kesatuan komponen yang bersistem, menurut fungsi dan perannya masing-masing. 

     

    a. Teori Konektionisme

    Daro penelitiannya dia menyimpulkan bahwa respons lepas dan kurungan itu lambat laun diasosiasikan dengan situasi stimulus dalam belajar coba-coba, trial and error. Inilah kesimpulan Thorndike terhadap perilaku binatang dalam kurungan.

    Respons benar lambat laun “tertanam” atau diperkuat melalui percobaan yang berulang-ulang. Respons yang tidak benar diperlemah atau “tercabut”. Gejala ini disebut “sub-stitusi respons”

    Ada tiga hukum belajar yang utama dan ini diturunkannya dari hasil-hasil penelitiannya. Ketiganya adalah hukum efek, hukum latihan, dan hukum kesiapan.

    Jadi, menurut Thorndike dasar dari belajar tidak lain adalah asosiasi antara kesan panca indra dengan impuls untuk bertindak. Asosiasi ini dinamakan connecting. Sama maknanya dengan belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, antara aksi dan reaksi. Antara stimulus dan respons ini akan terjadi suatu hubungan yang erat bila sering dilatih. Berkat latihan yang terus menerus, hubungan antara stimulus dan respons itu akan menjadi terbiasa atau otomatis.

    Terhadap teori konektionisme ini ada beberapa kelemahan dalam pelaksanaannya, yaitu :

    a. Belajar menurut teori ini bersifat mekanistis

        Kelemahannya adalah anak didik banyak yang hafal bahan pelajaran, tetapi mereka kurang     mengerti cara pemakaiannya.

    b. Pelajar bersifat teacher centered  ( terpusat pada guru )

    c. Anak didik pasif

    d. Teori ini lebih mengutamakan materi.

     

    a. Teori Conditioning

    Bagi para ibu yang sedang mengandung dan kebetulan mengidam ingin  memakan buah-buahan yang asam-asam, ketika mereka melihat buah asam asaman tentu saja air liurnya keluar tanpa disadari. Keluarnya tentu saja secara refleks. Atau katakan saja refleks bersyarat. Di sekolah, bagi semua anak didik bunyi lonceng dalam frekuensi tertentu sebagai tanda masuk, istirahat atau pulang, maka mereka akan menaatinya.

    Bentuk - bentuk kelakuan seperti itu terjadi karena adanya conditioning. Karena kondisinya diciptakan, maka sudah menjadi kebiasaan. kondisi yang dicipatakan itu merupakan syarat, memunculkan refleks bersyarat.

    Teori ini bila diterapkan dalam kegiatan belajar juga banyak kelemahannya. kelemahan-kelemahan itu antara lain berikut ini :

    1. Percobaan dalam laboratorium berbeda dengan keadaan sebenarnya.

    2. Pribadi seseorang (cita-cita, kesanggupan, minat, emosi, dan sebagainya) dapat mempengaruhi hasil eksperimen.

    3. Respons mungkin dipengaruhi oleh stimulus yang tak dikenal. dengan kata lain, kita tidak dapat diramalkan lebih dahulu, stimulus manakah yang menarik perhatian seseorang.

    4. Teori ini sangat sederhana dan tidak memuaskan untuk menjelaskan segal seluk beluk belajar yang ternyata sangat kompleks.

     

    b. Teori Conditioning

    Bagi para ibu yang sedang mengandung dan kebetulan mengidam ingin  memakan buah-buahan yang asam-asam, ketika mereka melihat buah asam asaman tentu saja air liurnya keluar tanpa disadari. Keluarnya tentu saja secara refleks. Atau katakan saja refleks bersyarat. Di sekolah, bagi semua anak didik bunyi lonceng dalam frekuensi tertentu sebagai tanda masuk, istirahat atau pulang, maka mereka akan menaatinya.

    Bentuk - bentuk kelakuan seperti itu terjadi karena adanya conditioning. Karena kondisinya diciptakan, maka sudah menjadi kebiasaan. kondisi yang dicipatakan itu merupakan syarat, memunculkan refleks bersyarat.

    Teori ini bila diterapkan dalam kegiatan belajar juga banyak kelemahannya. kelemahan-kelemahan itu antara lain berikut ini :

    1. Percobaan dalam laboratorium berbeda dengan keadaan sebenarnya.

    2. Pribadi seseorang (cita-cita, kesanggupan, minat, emosi, dan sebagainya) dapat mempengaruhi hasil eksperimen.

    3. Respons mungkin dipengaruhi oleh stimulus yang tak dikenal. dengan kata lain, kita tidak dapat diramalkan lebih dahulu, stimulus manakah yang menarik perhatian seseorang.

    4. Teori ini sangat sederhana dan tidak memuaskan untuk menjelaskan segal seluk beluk belajar yang ternyata sangat kompleks.

    Sumber :

    Psikologi Belajar. Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag.

     

     

     

     

     

     

    Komentar

    Subscribe Our Newsletter